Kedalaman Dunia Manga Jepang
penulis:ISHIZAWA Takeshi
Komik catatan perjalanan mengenai Bali
Dulu saya menulis bahwa "Saya meresa heran, walaupun setiap tahun ratusan ribu orang Jepang berwisata ke Indonesia terutama ke Bali, mengapa belum ada manga catatan perjalanan Indonesia ? ". Tetapi sebetulnya ternyata sudah ada beberapa karya yang mengenai perjalanan ke Indonesia, terutama Bali.
Gambar ini
dari "Osanpo Daiou" (Raja agung perjalanan), karya SUDO
Masumi. Adegan ini Mbak SUDO^ makan mi bakso di kota Denpasar.
Serial "Osanpo Daiou" ini cerita pengalaman perjalanan
Mbak SUDO^ ke tempat macam-macam, Bali, Nepal, tetapi
kebanyakannya sekitar Tokyo.
Situs SUDO Masumi Osanpo
O^koku (bahasa Jepang)
Gambar wajahnya Si SUDO^ bervariasi, lucu sekali
Gamabar ini dari
"Muteki no Bali" (Bali terkuat), karyanya MANOTONOMA.
MANOTONOMA adalah pen name dua komikus wanita, MANO Kyo dan NOMA
Osamu. Adegan ini mereka makan es campur di Ubud. Mereka menulis
beberapa komik panduan wisata, selain Bali, Turki, Vietnam,
Taiwan. Hongkong, Korea
Gambar ini dari "Odoru shima no hiru to
yoru" (Siang dan malam di pulau yang menari) oleh FUKAYA
Akira. Komik ini berbeda dengan dua karya di atas, cerita fiksi,
tidak berdasarkan pengalaman pengarangnya. Cerita ini adalah
dukun orang Jepang yang tinggal di Bali memakai sihir. Saya
sendiri tidak setuju Bali mengaitkan sihir. Dukun dan sihir bukan
saja di Bali, ada seluruh Indonesia. Dan kebanyakannya orang Bali
tidak berkaitan dengan sihir. Karya ini berbau orientalisme dan
meninbulkan kesalahpahaman pembaca mengenai kebudayaan Bali.
Situs FUKAYA Akira "Apa
Kabar"(bahasa Jepang)
(Sabtu, 11 September 2004)
Simposium "Asia in Comics 2004 : Asia joryu manga no sekai" (Dunia komik wanita di Asia)
Foto
ini adalah presentasi Anzu Hizawa komikus dari Indonesia. Dari
kanan, PARK So Hee, yang berambut kuning (Korea Selatan), Anzu
Hizawa, Watase Yuu, yang mengenakan kimono (Jepang), Tina
Francisco (Filipina), FOO Swee Chin (Singapura)
Pada tanggal 21 dan 22 Februari 2004, Japan
Foundation menyelenggarakan acara simposium "Asia in Comics
2004: Asia Joryu Manga no Sekai (Dunia Komik Wanita di Asia)"
bertempat di Tokyo. Sejak tahun 2001, Japan Foundation telah
menyelenggarakan Forum "Asia in Comics" dan sekarang
telah memasuki tahun ke-4. Kalau pada tahun lalu tema yang
diangkat adalah Komik Tiongkok, maka kali ini fokusnya adalah
diskusi keadaan komik wanita di 5 negara, Indonesia, Jepang,
Korea Selatan, Singapura dan Filipina. Keikutsertaan pembicara
dari Indonesia untuk simposium ini, kali ini pertama kali.
Sebagai narasumber pada hari pertama adalah dari bagian redaksi.
Dari Indonesia Ratna Sari (Kepala staf Redaksi Elex Media
Komputindo), dari Jepang Yamauchi Yasuko (Wakil Kepala staf
Redaksi Penerbit Shogakukan), dari Korea selatan KIM Young Joong
(Kepala staf Redaksi Penerbit Seoul Cultural Publisher), dari
Filipina Terry Bagalso (Kepala Staf Redaksi Penerbit Atlas).
Selain itu juga ada SAJIMA Akiko (Profesor Universitas Fukuoka
Jogakuin) yang meneliti komik Korea Selatan.
Ratna Sari mempresentasikan sejarah
perkembangan Komik Indonesia secara singkat. Redaksi dari Korea,
yang negaranya memiliki prasarana internet paling maju di Asia,
melaporkan tentang komik online. Redaksi Jepang menjelaskan
sistem produksi komik Jepang, yaitu dengan mengadakan kerjasama
yang sangat erat antara komikus dan pihak redaksi.
Hari kedua, pembicaranya adalah para komikus dari 5 negara. Dari
Indonesia Anzu Hizawa, dari Jepang Watase Yuu, dari Korea Selatan
PARK So Hee, dari Filipina Tina Francisco dan dari Singapura FOO
Swee Chin. Komik yang sangat menarik, dibuat oleh komikus Korea,
PARK So Hee yang rambutnya diwarnai kuning, berjudul "Kung"
(Istana Raja). Bercerita tentang seorang gadis yang pacarnya
seorang raja Dinasti Korea. Tentu saja itu hanya fiksi karena
sekarang di Korea sudah tidak ada kerajaan. Dinasti Korea telah
runtuh sejak masa penjajahan Jepang. Gambarnya bagus sekali. PARK
merupakan lulusan Jurusan Komik Kongju Culture College. Dia
mengatakan dengan suara yang manis bahwa di Korea Selatan ada 39
universitas yang punya jurusan komik (di Jepang ada banyak
akademi komik, tetapi universitas yang punya jurusan komik hanya
1 atau 2 saja). Presentasi Anzu Hizawa, menurut saya cukup
menarik. Menurutnya pembaca komik di Indonesia 80% adalah anak
perempuan, jadi komik Indonesia yang terbit kebanyakan untuk anak
perempuan. Ketika ditanya, "kalau begitu, anak laki-laki
berminat pada apa?" jawabannya Playstation. Anzu juga
mengungkapkan kalau pembaca Indonesia kurang menghargai komik
lokal. Hal itu bertolak belakang dengan keadaan Jepang. SAJIMA
Akiko (Profesor Universitas Fukuoka Jogakuin), yang meneliti
komik Korea Selatan, mencatat bahwa di Korea Selatan respon
pembaca komik terhadap komik lokal maupun komik Jepang dan Taiwan
cukup baik. Hal itu bermanfaat untuk perkembangan komik Korea.
Sebaliknya, di Jepang pembaca komik masih sedikit kesempatannya
untuk membaca komik luar negeri.
Sayangnya karena waktu yang sangat terbatas, diskusinya terasa
kurang dalam. Tetapi di tempat simposium dipamerkan buku karya
komikus dari 5 negara ini. Yang mengejutkan saya adalah kemajuan
mutu gambar komikus Indonesia. Waktu saya tinggal di Yogya, tahun
1995 sampai 1997, gambar komik Indonesia saat itu jelek dan jauh
sekali dibanding komik Jepang. Tetapi sekarang, dilihat dari
sudut gambar, karya Anzu Hizawa, Shinju Arisa dan Dyotami
Febriani sudah mencapai standar Jepang dan Korea Selatan. Gambar
Shinju Arisa sangat mirip dengan gambar CLAMP, mungkin dia bisa
langsung masuk tim CLAMP. Untuk mencapai standar sekarang,
komikus Jepang perlu waktu 40 tahun, dan komikus Korea Selatan 20
tahun. Tapi bisa terkejar oleh komikus Indonesia hanya dalam 5
tahun saja. Komikus Jepang WATASE Yuu dalam simposium ini
berkata,"Komikus luar negeri yang hadir di forum ini
gambarnya sangat cerdas. Maka kami (komikus Jepang) tidak boleh
kalah." dan ini bukan basa-basi.
Tetapi jika dilihat dari sudut cerita, bagaimana komik Indonesia?
Pada hari pertama simposium, ketika ditanya tentang masalah
sensor, Ratna Sari menjawab, "Sekarang di Indonesia tidak
ada sensor oleh pemerintah, tetapi Elex Media punya aturan
sendiri untuk tidak merusak moral. " Pada hari kedua, ketika
sesi tanya jawab, saya bertanya kepada Ratna Sari,"Kemarin
Anda mengatakan bahwa jangan merusak moral. Tetapi sejarah komik
wanita Jepang adalah sejarah yang merusak "moral". Pada
pertengahan tahun 1970-an komik wanita Jepang telah mencapai
puncak. Hal ini disebabkan tantangan komikus wanita Jepang
terhadap "moral" yang memasung kemajuan komikus wanita.
Demi kemajuan komik, bukankah seharusnya pihak redaksi mendukung
perlawanan ini ? " Jawaban Ratna Sari adalah sebagai
berikut, "Komik Indonesia dilihat para orang tua sebagai
barang yang tidak mendidik dan berpengaruh tidak baik untuk anak-anak
mereka. Jadi redaksi dan komikus Indonesia diharuskan menjaga
moral untuk menghindari kritik. "
Memang saya memahami maksud Ratna Sari, tapi pendapat tentang
komik adalah tidak mendidik oleh orang tua sebenarnya sama dengan
di Jepang. Di Jepang sebelum akhir 1960-an komik dianggap sebagai
bacaan anak-anak. Saat itu pada dasarnya di Jepang orang tua
tidak suka anaknya membaca komik.
Pada mulanya di Jepang, komik adalah bacaan untuk anak-anak. Pada
tahun 1959, mulai diterbitkan dua majalah komik mingguan untuk
anak laki-laki, yaitu Shonen Magazine dan Shonen Sunday. Saat itu
kebudayaan hiburan untuk anak adalah komik saja. Belum berkembang
anime, dan tentu saja belum ada computer game. Hampir 10 tahun
kemudian, majalah komik untuk remaja mulai terbit, misalnya Manga
Action (1967), Young Comic (1967), Play Comic (1968), dan Big
Comic (1967). Pembaca komik yang usianya 10 tahun pada 1959,
telah berusia kurang lebih 20 tahun sehingga mereka yang sudah
remaja mau membaca komik yang cocok dengan selera mereka.
Ciri-ciri khusus gambar komik genre baru ini adalah realisme.
Gaya realistis disebut "gegiga" (Geki artinya drama, Ga
artinya gambar) mendominasi komik Jepang. Cerita juga berubah
menjadi realis dan serius. Tentu saja ceritanya berlawanan dengan
moral yang berlaku masa itu. Kebetulan saat itu, sekitar akhir
1960-an gerakan mahasiswa menjadi marak sekali. Saat itu juga
generasi muda mengakibatkan gerakan baru dalam dunia kebudayaan
dan kesenian, termasuk dunia komik. Karya MIYAYA Kazuhiko, MASAKI
Mori dan KAWAGUCHI Kaiji langsung bertema gerakan politik radikal.
Selain itu, majalah komik alternatif COM (sejak 1967, sekarang
sudah tidak terbit) dan GARO (sejak 1964, tahun 2003 berubah jadi majalah online di
internet) memuat karya-karya yang kreatif.
MIYAYA
Kazuhiko "Taiyo heno sogeki" (Pembidikan Matahari),
1969. Sebuah political fiction, bercerita tentang seorang teroris
komunis. Mereka membunuh dan memberontak terhadap tokoh
pemerintah.
MASAKI Mori
"Kyohan genso" (Ilusi Komplotan), 1971. Cerita ini
kisah 4 siswa SMA yang menduduki selolahnya untuk protes.
Pendudukan selolahnya oleh siswa SMA terjadi sangat marak pada
akhir 1960-an.
KAWAGUCHI Kaiji
"Terror no keifu" (Silsilah terror), 1975 ceritanya
kasus pembunuhan O^SUGI Sakae, tokoh anarkis, oleh polisi militer
yang terjadi pada 1922.
Gelombang baru di dunia komik remaja Jepang ini mempengaruhi
komik wanita beberapa tahun kemudian. Komik untuk anak perempuan
(shoujo) biasanya ceritanya sangat dibatasi oleh redaksi, yang
mewakili moral masyarakat. Tidak boleh menceritakan percintaan
secara gamblang, apalagi tentang seks. Pokoknya komik untuk anak
perempuan harus "disterilkan" Tetapi sejak awal 1970-an
sedikit demi sedikit situasinya berubah. Pada tahun 1970, karya
O^SHIMA Yumiko, " Tanjo ! " (Kelahiran) dimuat majalah
" Margaret ". Ceritanya tentang siswi SMU yang hamil.
Setahun kemudian karya HAGIO Moto, " 11 Gatsu no Gymnasium
" (Gymnasium Pada Bulan November) dipublikasikan. Karya ini
bercerita tentang anak kembar yang dibesarkan terpisah karena
zinah ibunya. Tahun 1976, karya TAKEMIYA Keiko, " Kaze to ki
no uta " (Puisi Angin dan Pohon) dirilis. Karya
kontroversial ini bercerita tentang hubungan homoseksual antara
siswa SMP. 30 tahun setelah kemunculan mereka, dalam komik wanita
Jepang belum ada lagi revolusi seperti yang mereka lakukan saat
itu. Dibandingkan masa 1970-an, dari sudut kualitas kini komik
wanita Jepang boleh disebut dalam kelesuan.
OSHIMA Yumiko
"Tanjo !" (kalahiran) 1970
HAGIO Moto "11
gatsu no gymnasium" (Gymnasium pada bulan November) 1971
TAKEMIYA Keiko
"Kaze to ki no uta" (puisi angin dan pohon) 1976
Mereka, para komikus yang disebut " 24 nen gumi " (angkatan
1949. Mereka lahir pada sekitar tahun showa 24 yaitu 1949), telah
membongkar stereotip komik wanita sebelumnya. Tantangan mereka
merintis era baru komik wanita dan mematangkan komik wanita
Jepang sebagai budaya yang menarik dari mata orang dewasa. Kalau
tanpa perlawanan terhadap moral sepert yang mereka lakukan,
walaupun gambarnya semakin baik, komik Indonesia akan terus
menjadi konsumsi anak-anak. Tentu saja, tanpa sensor dan batasan
tabu, kualitas karya tidak terjamin. Tetapi tidak bisa disangkal
bahwa perlu terobosan untuk kemajuan komik lokal Indonesia.
Dalam lingkungan komik Indonesia yang sekarang, ada dua strategi
bagi komikus Indonesia yang kreatif.
Yang pertama adalah komik Underground (komik bawah tanah) yang
tanpa sensor. Di Jepang pasaran komik underground sudah sangat
besar. Komik underground di Jepang disebut " dojinshi "
(artinya majalah untuk kelompok terbatas), pasar komik
underground yang disebut " komike " (singkatan Komik
Market) diselenggarakan setahun dua kali, musim panas dan musim
dingin. Komike itu pertama kalinya diadakan pada tahun 1975, jadi
telah berlangsung hampir 30 tahun. Panitia Komike punya website
dalam bahasa Inggris. http://www.inter-g7.or.jp/g2/manga/HTML/MARKET.html
Setiap kali Komike ini didatangi ratusan ribu orang. Komik
underground yang dijual di Komike kebanyakan komik parodi porno
dari komik populer, tapi tentu saja ada yang serius juga. Untuk
komik underground yang serius, ada majalah khusus yang
bersejarah, yaitu " GARO " yang sudah disebut
sebelumnya dan " Ax " (majalah dua bulanan) http://www.seirinkogeisha.com/
Strategi kedua adalah promosi ke pasar komik luar negeri. Anzu
Hizawa menegaskan di simposium ini bahwa karyanya " Wing of
Desire " akan diterbitkan di Singapura dan Malaysia. "
Pembaca Indonesia meremehkan komik lokal. Kalau komik Indonesia
dinilai tinggi di luar negeri, pembaca Indonesia akan menghargai
komik lokal. " ujarnya. Strategi ini sangat efektif. Di
dunia film, strategi ini dipakai oleh film Jepang pada tahun 1950-an
dan film Iran dan Tiongkok pada tahun 1980-an. Dan hasilnya
sangat bagus. Sesudah film-film itu memperoleh penghargaan dari
film festival di luar negeri, nama sutradaranya menjadi terkenal
di negara mereka sendiri.
Dulu, sutradara Prancis Jean-Luc Godard mengutip ucapan Mao Ze
dong, " Berjuang di dua front - seni dan ekonomi. "
Cara yang sesuai untuk komikus Indonesia yang menentang dua front
itu adalah komik underground dan pasar komik luar negeri. Kalau
ada yang mau mempromosikan karyanya ke penerbit Jepang, saya akan
bantu dan menterjemahkannya ke bahasa Jepang. Kalau komik
Indonesia yng unik dikenal di Jepang, komikus Jepang pun akan
terangsang kreativitasnya. Marilah berjuang untuk Republik Komik,
republik yang tidak ada perbatasannya !
(Selasa, 9 Maret 2004)
MIURA Yasuto, gambar halus dan rasa nostalgia
Lihatlah
gambar ini. Gambar ini yang dilukis dengan garis halus, adalah
kutipan dari karya MIURA Yasuto. Seperti TOYO Kataoka, gambarnya
dilukis secara rinci. Tetapi jauh lebih realistis dan halus
daripada gambar TOYO.
Karya MIURA menggambar pemandangan kota suasananya tahun 1930-an,
menbangkitkan rasa nostalgia. Wajah anak-anak perempuan yang dia
lukis semuanya murung dan sedih. Dalam karyanya, seorang anak
perempuan kecil dan orang yang dicintai anak itu akhirnya harus
berpisah secara takdir.
Sayangnya karya MIURA tidak
mungkin diimpor ke Indonesia. Karena semua karyanya tergolong
porno. Saya pakai kata "porno" itu dengan makna "karya
yang tujuannya hanya untuk merangsang nafsu berahi belaka".
Definisi ini tidak lengkap, tetapi hampir semua orang setuju
bahwa karya MIURA adalah porno. Tetapi ada porno yang mutunya
tinggi, ada yang rendah. Mungkin karya MIURA termasuk yang paling
unggul.
Anehnya karyanya dimuat hanya di majalah manga porno saja, belum
dimuat di majalah manga umum. Tentu saja dengan keunggulan gambar
MIURA, karyanya bisa dimuat di majalah umum jika dia mau.
Jelasnya dia menitikberatkan gambar daripada cerita. Gambarnya
luar biasa, tetapi mutu ceritanya biasa-biasa saja. Mungkin dia
puas melukis gambar saja, sementara ceritanya apa saja.
Di dunia manga Jepang genre porno mulai berkembang dari 1970-an,
genre ini sudah bersejarah dan sudah matang. Bukannya porno apa
saja disambut baik oleh pembaca manga Jepang. Dan bukannya porno
apa saja ditolak oleh pembaca manga Jepang. Yang baik dipilih,
yang jelek tidak dipilih. Dunia komik porno Jepang juga dalam dan
luas.
(Sabtu, 01-11-2003)
TOYO Kataoka, kisah rakyat kecil dengan penggambaran rinci
Gambar
ini kutipan manga TOYO Kataoka. Dunia manga TO^YO^ Kataoka adalah
dunia rakyat kecil, sama sekali tidak terkandung suasana mewah
dan hal-hal berbau selebritis. Tokoh-tokoh cerita TO^YO^ adalah
penganggur, tunawisma, orang pensiunan yang miskin, tukang
bengkel, serta TO^YO^ Kataoka sendiri. Sifat mereka malas, mata
keranjang, dan tidak disiplin. Tetapi mereka tidak peduli akan
masa depan dan hidup seenak mereka sendiri. Jika mau tertawa
tertawa saja, mau menangis menangis saja. Mereka sama sekali
tidak berlagak. Sedangkan kita berlagak sok pintar, kaya, rajin,
disiplin, jadi kehidupan kita dipenuhi stres.
Memang ceritanya menarik,
tetapi di sini saya hendak memperkenalkan keunikan gambar TO^YO^.
Ciri-ciri khusus gambar TO^YO^ adalah penggambaran secara rinci
dengan garis besar. Dia tidak pakai screen tone, semua dilukis
dengan tangan saja.
Yang terutama menarik adalah penggamabaran wajah. Lubang hidung
dilukis terlalu besar, Dari lubang hidung keluar uap. Dan dahi
berkeringat. Hal-hal itu sama dengan gaya gambar TANIOKA Yasuji
di bawah ini.
Gambar ini adalah penggambaran
wajah oleh TANIOKA Yasuji (1942-1999). Pada awal 1970-an karya
TANIOKA merevolusikan "gag manga" (komik lucu) Jepang.
Berbeda dengan TOYO Kataoka, gaya gambar TANIOKA tidak rinci.
Gambar TANIOKA dilukis dengan garis yang sedikit jadi
penggambaran TANIOKA sangat abstrak, tetapi kita bisa mengerti
maksudnya. Sedangkan gambar TOYO konkret dan rinci.
Gambar ini dikutip dari karya
terakhirnya "Yasuji no donansentyu" (1999). Dengan
garis sedikit dan sederhana, dilukislah sapi, ular, babi, petani,
gunung, matahari, dan awan.
Gambar ini dikutip dari "Neji
shiki" (tahun 1968) oleh TSUGE Yoshiharu. Karya ini sangat
terkenal dalam dunia manga Jepang. Dalam "Neji shiki" (Cara
sekerup) TSUGE mengisahkan pengalaman seorang anak dalam dunia
mimpi. Mungkin SAKABASHIRA Imiri juga belajar dari suasana karya
ini. Karya TSUGE sudah diterjemahkan dalam beberapa bahasa asing.
TOYO Kataoka mengikuti jejak gaya gambar karya ini, misalnya gaya
lukis bentuk mata, hidung, bibir.
TSUGE Yoshiharu juga melukis
kehidupan miskin dirinya sendiri. Kita bisa menertawai manga TOYO
Kataoka, tetapi kita tidak bisa menertawai cerita TSUGE. Karena
kehidupan yang dilukisnya sangat mengenaskan dan tidak ada
harapan. Ayah kandungnya meninggal dunia saat TSUGE masih kecil,
ibunya menikah lagi. Hubungannya dengan ayah tiri tidak baik,
TSUGE selalu berharap bisa minggat dari rumahnya.
Manga TOYO Kataoka
mengingatkan "Jarinko Chie" (anak kecil Chie) ini,
karya HARUKI Etsumi. Jarinko Chie juga menceritakan kehidupan
rakyat kecil. Dibandingkan karya TO^YO^ yang lebih dipenuhi
dengan lemah, loyo dan malas, cerita Jarinko Chie lebih optimis
dan bersemangat. Berbeda dengan cerita kehidupan TSUGE Yoshiharu,
dunia Jarinko Chie dasarnya harmonis.
Jarinko Chie dilukis HARUKI Etsumi, dimuat di majalah Shukan
Manga Action dari tahun 1978. Heroinenya bernama Chie, siswi SD
kelas 5, berusia 11 tahun. Ayahnya seorang preman pengangguran
yang tidak suka bekerja. ibunya bekerja di warung sate jeroan (di
Jepang disebut "hormone yaki"). Walaupun hidup dalam
kemiskinan si Chie bersikap optimis.
gambar kiri kucing yang dikutip dari Jarinko Chie, gambar kanan kucing oleh TOYO Kataoka
(Sabtu, 01-11-2003)
Kata Pengantar
Dalam rubrik yang baru ini saya akan
memperkenalkan tentang kedalaman dunia manga (komik Jepang).
Di antara hasil kebudayaan Jepang yang sekarang, yang paling
populer dan unik adalah komik (manga), film kartun (anime) dan
game komputer. Dari ketiga jenis ini Terutama manga mempunyai
peran paling besar dalam penerbitan buku di Jepang. Majalah
mingguan komik dalam setiap minggunya terbit halamannya 400
lembar halaman lebih, lumayan tebal.
Di Jepang majalah komik digolongkan atas usia dan jenis kelamin
pembaca.
Misalnya ada majalah "Shonen Jump"(http://jump.shueisha.co.jp/index2.html) dan "Shonen Magazine"(http://www.shonenmagazine.com/index_2.html), kedua-duanya mempunyai eksemplar jutaan, majalah
mingguan yang paling besar di Jepang. "sho^nen" berarti
anak laki-laki. Jadi, sho^nen manga berarti komik untuk siswa
laki-laki SD dan SMP.
Sedangkan majalah untuk anak perempuan, misalnya
"Nakayoshi" (artinya sahabat)(http://www.nakayosi-net.com/topmenu.html) dan "Shojo Comic" (http://www.sho-comi.com/). Majalah ini diterbitkan untuk siswi perempuan SD dan
SMP. Sho^jo berarti anak perempuan.
Untuk para remaja diterbitkan juga majalah, misalnya "Young
Jump" (http://yj.shueisha.co.jp/e/index.html) dan "Young Magazine" (http://www.yanmaga.kodansha.co.jp/). Majalah komik yang namanya "Young ...." ini
untuk remaja.
Masih ada penggolongan lainnya yaitu majalah "ladies comic",
kategori ini untuk perempuan yang usianya kira-kira 20-30an, Ada
juga yang mengandung adegan erotis. Misalnya "You"
(http://you.shueisha.co.jp/) atau "Be Love" (http://be-love.net/)
Selain di atas, ada majalah untuk dewasa umum. Misalnya, "Big
Comic Original"
(http://www.bigoriginal.shogakukan.co.jp/) dan "Comic Afternoon"
(http://www.afternoon.co.jp/index2.html). Majalah semacam ini walaupun ada yang mengandung
adegan erotis (tetapi tidak semuanya), tidak bisa disebut majalah
porno.
Yang terakhir adalah majalah komik porno. Misalnya "Kairakuten",
"Penguin Comic" dan lain-lain. Komik semacam ini
dipanggil sebagai "hentai" di negara lain. Remaja di
bawah 18 tahun tidak bisa membelinya. Tetapi bila dilihat dari
standar negara Barat, komik porno Jepang mungkin boleh disebut
masih "soft core". Tetapi masalah di Jepang adalah,
walaupun "soft core", majalah porno dijual di
convenience store (supermarket kecil). Jadi kalau mau, anak juga
bisa membaca. Keadaan itu memang harus diperbaiki.
Di Jepang peredaran komik impor dari luar negri sedikit sekali
dibandingkan produk lokal. Tentu saja gambar ala komik Amerika
sudah diamabil menjadi satu unsur gaya komik Jepang, misalnya
gaya gambar TORIYAMA Akira pengarang "Dragon Ball", dan
siapa saja tahu nama Superman, Batman, Spiderman tetapi komiknya
tidak dapat ditemukan di toko buku di Jepang. Di antara komik
Amerika, yang lumayan laris adalah serial Peanuts (cerita si
anjing Snoopy) saja. Sementara komik Prancis, yaitu Bande
Dessinee (BD), terutama karya Moebius atau Enki Bilal berpengaruh
besar pada pengarang komik Jepang, misalnya OTOMO Katsuhiro (pengarang
"Akira") . Tetapi sayangnya di Jepang BD dijual sebagai
barang seni rupa, dan harganya cukup mahal.
Sekarang ini, komikus-komikus dari ketiga negara ini, Jepang,
Prancis, dan Amerika, saling mempengaruhi satu sama lain.
"La Femme
Piege"oleh Enki Bilal.
Keren sekali. tidak heran dapat mempengaruhi komik Jepang.
Sedangkan di Indonesia, disebutkan bahwa PT Elex Media
Komputindo, anak perusahaan Gramedia yang menangani komik
terjemahan dari Jepang, sejak 1990 telah menerbitkan sekitar 2.000
judul. Berarti setiap tahunya rata-rata diterbitkan 200 judul
komik terjemahan. 90% pasar komik yang dijual berasal dari luar
negeri dan 80% di antaranya adalah komik Jepang. Walaupun begitu
kebanjiran oleh impor komik Jepang, tetapi yang beredar di
Indonesia masih sebagian kecil-kecil dari komik Jepang dan
kebanyakannya komik yang sudah impor ke Indonesia cuma untuk anak
saja. Saya pernah membaca "majalah komik Islam" namanya
"Cosmic", sayangnya mutunya kurang bagus. Dalam majalah
itu dimuat surat pembaca yang mengungkapkan bahwa "saya udah
jenuh dengan komik luar". Sikap seperti itu boleh dikatakan
seperti katak di bawah tempurung. (Yang menarik, di Jepang juga
ada peribahasa hampir sama. "I no naka no kawazu taikai wo
sirazu" yang artinya katak di dalam sumur tidak tahu luasnya
laut.) Sebagai orang Jepang penggemar komik, saya ingin memberi
pesan. "Dik, Anda tidak usah merasa jenuh, karena Anda belum
cukup tahu tentang komik Jepang". Keanekaragaman komik
Jepang susah dibayangkan di luar negeri. Tetapi sebuah artikel
Pikiran Rakyat "Tiga Juta Judul Komik Setiap tahun" (http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0303/30/percil/percil2.htm)
itu terlalu bombastis. Mungkin ribuan judul komik dibuat setiap
tahun, tetapi tidak mungkin 3 juta judul selama satu tahun.
Di Indonesia, komik Jepang sering dikritik bahwa tidak cocok
dengan budaya Indonesia. Tentu saja betul. Tetapi pada dasarnya,
kalau komik Jepang berdampak buruk, sebaiknya orang Indonesia
sendiri mengarang komik Indonesia yang bisa menjadi panutan.
Mudah mengkritik karya orang lain tetapi susah mengarang karya
yang begitu disukai oleh anak-anak. Kalau saya diperbolehkan
membantah kritik terhadap komik Jepang terutama terhadap Crayon
Shin chan, seperti komik itu memiliki unsur pornografi, saya akan
bertanya kepada si kritikus, apa definisi porno menurut Anda ?
Shin chan memang sering meperlihatkan "burung"-nya.
Tetapi adakah orang yang dirangsang nafsunya melihat burung si
anak kecil Shin chan ? Patung David oleh Michelangelo juga tidak
ditutup burungnya, tetapi adakah orang yang mengklaim bahwa
patung itu memiliki unsur porno ? Di Jepang juga Crayon Shin chan
dikritik oleh ibu-ibu, tetapi karena kenakalan Shin chan. Sama
sekali tidak ada kritik bahwa mengandung unsur porno.
Saya sungguh-sungguh berharap muncul komik Indonesia yang unik.
Tetapi untuk mengkreasi karya yang unik, memang harus belajar
dari karya unggul yang sudah ada. Komik Jepang sendiri mula-mulanya
merupakan peniruan Walt Disney oleh TEZUKA Osamu, cikal-bakal
komik modern Jepang. Almarhum TEZUKA Osamu (1928-1989), Beliau
dipengaruhi oleh film animasi Disney, mengekspresikan gerakan
dalam komik Jepang. Karya-karya Beliau yang sesudah akhir Perang
Dunia Kedua membuka era baru untuk komik Jepang.
Orang asing mungkin sukar untuk mengerti proses perkembangan
komik Jepang. Pengarang komik Jepang, walaupun untuk adegan
celana dalam pun mereka sangat berusaha secara serius mencari
cara lukis yang unik. Memang boleh dikatakan usaha sia-sia.
Tetapi tanpa semangat ini, tidak mungkin ada kemajuan dan
kemakmuran komik Jepang seperti masa kini. Memang maksud saya
bukan bahwa pengarang komik Indonesia harus melukis adegan celana
dalam. Maksud saya, pengarang Indonesia harus belajar
keanekaragaman komik Jepang dan semangat pengarang komik Jepang.
Korea Selatan dan Taiwan sudah lama terpengaruhi komik Jepang.
Komik Taiwan dan Korea sudah matang malah balik masuk ke Jepang,
dan sudah lumayan laris.
Sebagai seorang penggemar komik, saya ingin sekali membaca komik
yang menarik buatan mana pun. Tidak peduli buatan mana asal
menarik saja. Kalau pengarang komik Indonesia belajar dari hasil-hasil
komik Jepang, saya yakin dalam waktu dekat komik Indonesia yang
unik akan mencuat seperti proses perkembangan komik Taiwan dan
Korea Selatan. Saya menunggu bangkitnya komik Indonesia yang unik
dan menarik.
Sebelumnya saya ingin memberi catatan. Saya bukan pengarang
manga, cuma penggemar saja. Dan saya sudah dewasa, jadi tidak
tahu tentang manga untuk anak seperti Doraemon, Crayon Shin chan,
Sailor Moon, Pokemon, dan sebagainya. Saya akan memceritakan
komik sebagai karya
budaya seperti sastra atau seni
rupa yang harus mempunyai
nilai sendiri yang dibedakan
dengan nilai dari segi moral, agama, ekonomi, atau politik. Manga
yang saya perkenalkan di rubrik ini belum dikenal di Indonesia.
Karya-karya yang ada di sini adalah semua manga yang saya cintai.
Saya tidak peduli komik yang saya kenalkan di rubrik ini populer
atau tidak. Kebanyakan dimuat di majalah komik yang bersejarah
"Garo", disebut "alternative comic".
majalah komik Garo
website majalah Garo versi bahasa Inggris (http://www.digigaro.co.jp/eng/garo.htm)
(Sabtu, 18-10-2003)
Komik catatan perjalanan
Pada umumnya orang Jepang suka wisata. Tentu saja pengarang manga
juga berwisata dan mengarang pengalaman perjalanan sendiri
sebagai manga. Tidak usah heran bila ada komik catatan perjalanan
seperti sastra catatan perjalanan.
Gambar
ini dari karya NAKANO Kenji, "Indo nite" (Di India).
Karya ini menceritakan pengalaman NAKANO dalam perjalanannya ke
India. Di India, dia sebagai turis asing, mengembara ke berbagai
obyek wisata, naik bis malam, kena tipu, melihat upacara
kematian, dan lain-lain. Gaya gambarnya unik, mempunyai suasana
kesunyian dan humor.
NAGAMI Rinko,
pengarang wanita ini selama 15 tahun setiap tahun berwisata ke
India. Dia menceritakan kehidupan back packer (turis sederhana)
di losmen yang murah. Akhirnya dia menikahi orang India, petugas
losmen tempat dia menginap dalam tiap perjalanannya ke India.
Kehidupan perkawinan antar negara mereka di Jepang juga
dilukiskan dalam manga, sangat menarik.
TAKAHASHI Yukari
juga pengarang wanita manga yang menikahi orang asing. Suaminya
orang Turki. Jadi si TAKAHASHI masuk Islam. Mungkin dia satu-satunya
pengarang manga yang beragama Islam. Dalam karyanya "Toruko
de watashi mo kangaeta" (Saya juga berpikir di Turki) dia
memperkenalkan kehidupan sehari-hari di Turki dan makanan Turki,
rupanya enak sekali. Sehinga saat membaca manganya, saya juga mau
ke Turki untuk menikmati makanan Turki.
ODA Sora adalah pengarang
wanita manga yang pandai bahasa Tionghoa. Dia acapkali berwisata
ke Tiongkok, bahkan karena rajinnya dia masuk sekolah bahasa di
Beijing untuk belajar bahasa Tionghoa. Sesudah menguasai bahasa
Tionghoa, dia lalu mengajar bahasa Jepang di sebuah kota di
Tiongkok. Bagi saya karya ODA "Chu^goku ikaga desuka ?"
(Anda suka Tiongkok ?) menarik karena dia menjelaskan bagaimana
perbedaan cara pakai huruf kanji di Tiongkok dengan Jepang dan
ciri-ciri khusus bahasa Jepang melalui pengalamannya sebagai guru
bahasa Jepang. Dia melukis makanan sehari-hari Tiongkok, itu juga
rupanya enak.
Saya meresa heran, walaupun setiap tahun ratusan ribu orang
Jepang berwisata ke Indonesia terutama ke Bali, mengapa belum ada
manga catatan perjalanan Indonesia ? Sudah banyak suami-isteri
Jepang - Indonesia, mengapa mereka tidak mengarang kehidupan
mereka sebagai karya manga ?
Catatan perjalanan
ke dunia khayalan juga sangat saya sukai. Karya SAKABASHIRA Imiri
mengantarkan kita ke dunia fantasi seperti mimpi takut. Dunia
yang SAKABASHIRA lukis adalah campuran unsur yang bermacam-macam,
yaitu suasana Jepang tahun 1950-an, pasar Taiwan, kota Hongkong,
adegan film horror klasik, pabrik kimia, patung dewa Hawaii.
Dalam dunia aneh itu tokoh aneh menjelajah, misalnya kucing yang
matanya satu saja, kappa (sejenis hantu tradisi Jepang), kodok,
kelinci yang matanya satu.
majalah komik "Ax", gambar halaman muka oleh
SAKABASHIRA
(kutip dari website Seirinkogeisha
http://www.seirinkogeisha.com/) Majalah Ax juga didirikan oleh mantan staf redaksi
Garo. Mereka sekarang keluar dari Garo.
(Sabtu, 18-10-2003)