kembali ke top page

Esai Sehari-hari 2004

penulis : ISHIZAWA Takeshi

Rubrik baru "Esai Sehari-hari"

Sudah dikeluhkan oleh beberapa pembaca bahwa sudah lama tidak dimuat artikel baru.
Ya, saya mohon maaf sedalam-dalamnya. Bagi saya, yang pemalas dan belum lancar bahasa Indonesia, makan waktu lama dan merasa repot untuk menulis artikel yang panjang.
Oleh karena itu saya membuka rubrik baru "Esai Sehari-hari" untuk memuat esai pendek. Kalau yang pendek, saya tidak begitu kesulitan untuk menulisnya. Saya akan berusaha meng-update setidak-tidaknya satu tulisan satu minggu. Selamat membaca. Tolong kirim kesan anda.
(Jumat, 03-12-1999)

Kali ini tulisan "Esai sehari-hari" yang lama pindah ke halaman Esai Sehari-hari 1999-2000 , Esai Sehari-hari 2000-2001 dan Esai Sehari-hari 2003 Silakan membaca.

(Selasa, 06-01-2004)


Irak Perang, Jepang aman ?

Foto kiri tentara Jepang di Samawa di Irak selatan. foto kanan unujuk rasa di Tokyo untuk protes perang Irak

NASIB SANDERA SESUDAH DIBEBASKAN
Pada tanggal 10 April, di website ini saya menulis bahwa "Bebaskan tiga warga Jepang ! Pemerintah Jepang pulangkan tentaranya dari Irak !". Untungnya, 5 hari kemedian 3 sandera warga Jepang dibebaskan walaupun pemerintah Jepang menolak menarik pasukannya dari Irak. Sebelumnya mereka dibebaskan, 2 warga Jepang lagi, WATANABE Nobutaka (pria, 36 tahun, aktivis LSM anti perang) dan YASUDA Jumpei (pria, 30 tahun, kamerawan freelance) diculik di Irak. Tetapi pada 17 April sandera baru ini juga dibebaskan.
Sebabnya mereka dibebaskan dengan selamat, selain jasa perantara oleh Majelis Ulama Irak, kelompok militan yang menculiknya memahami sandera bukan mata-mata Amerika tetapi sipil Jepang yang tidak mendukung penjajahan Amerika. Pemerintah Jepang berusaha menyelamatkan mereka, tetapi rupanya tidak begitu berguna untuk pembebasan mereka.
Bahkan tokoh tokoh pemerintah Jepang mengeritik sandera bahwa "mereka menjadi korban karena perbuatannya sendiri. Walaupun pemerintah mengeluarkan peringatan serius jangan pergi ke Irak, mereka tidak menghiraukan peringatan". PM Jepang KOIZUMI Junichiro menolak bertemu dengan keluarga sandera mungkin karena keluarga mereka menuntut penarikan tentara Jepang dari Irak.

Media Jepang yang berbau konservatif menghina para sandera secara ganas. Yomiuri Shimbun, koran yang terbesar Jepang dan Sankei Shimbun pertama menulis kasus ini konspirasi oleh para sandera yakni penyanderaan ini berdasarkan skenario yang sandera sendiri tulis untuk menuntun penarikan pasukan Jepang. Tetapi tudingan ini tidak ada bukti, jadi kemedian media pro penjajahan itu mengkampanyekan "jiko sekinin" (tangung jawab sendiri) yaitu tentang penderitaan ini para sandera sendiri bertanggunjawab karena mereka melanggar peringatan pemerintah. Majalah mingguan Shukan Bunshun dan Shukan Shincho, mingguan yang paling besar melecehkan kehidupan pribadi para sandera dan keluarganya bahwa cerai, merokok sejak anak, dll. Kekejian media itu sangat marahkan saya. Wartawan Shukan Bunshun dan Shukan Shincho jiwanya busuk dan kepalanya berisi tahi. Dari tempat aman mereka melecehkan korban yang berani dan hatinya jernih. Kalau tidak ada jurnalis berani seperti para sandera, kita menelan informasi dari pemerintah saja, tidak bisa mengetahui kebenaran di Irak. Ternyata Yomiuri Shimbun menarik wartawannya dari Irak.
Para sandera mengatakan sesudah pulang ke Jepang lebih pedih daripada waktu penyanderaan di Irak. Sandera wanita TAKATO Nahoko menderita sakit jiwa selama beberapa bulan sesudah pulang ke tanah airnya. Tetapi memang ada yang mempuji keberanian mereka. Colin Powell sendiri mengatakan bahwa orang Jepang seharusnya berbangga akan sandera yang berani. Profesor HASUMI Shigehiko, pengamat film terkenal dunia dan mantan rektor Universitas Tokyo memuji IMAI Noriaki, sendera yang paling muda, bahwa "Saya menjamin sebagai guru pemuda itu berpotensi besar".

MENGAPA KIRIM PASKAN ?
Pemerintah Jepang menekankan bahwa tentara Jepang pergi ke Irak untuk bukan pertempuran tetapi bantuan kemanusiaan, misalnya membangun jalan, pasokan air bersih, renovasi sekolah. Mungkin begitu. Tetapi untuk kegiatan bantuan semacam itu mengapa perlu tentara ? PM KOIZUMI mengatakan karena ada kemungkinan terlibat pertempuran, jadi perlu bersenjata. Tetapi, kalau tentara Jepang mengadakan serangan balasan, pihak penyerang membalas lagi, pertempuran menjadi besar. Mengapa pasukan Jepang harus berisiko begitu tinggi ? Yang membongkar Irak harus bertangunjawab renovasi Irak.
Memang "bantuan kemanusiaan" itu bukan alasan yang sebenarnya. Sebenarnya untuk masalah Korea Utara, pemerintah Jepang perlu kerjasama dengan Amerika. Seandainya yang berperang bukan Amerika, tentu saja pemerintah Jepang tidak mendukung perang ini, dan kalau tidak ada masalah Korea Utara PM KOIZUMI tidak begitu lancar mendukung Amerika.
Pada 10 Desember tahun lalu, saat pemerintah memutuskan kirim tentara Jepang sebuah koran besar Jepang Mainichi Shimbun menulis bahwa alasan keputusan itu sebenarnya untuk mendukung kaum lebih moderat dalam pemerintah Amerika, misalnya Colin Powell, agar mencegahkan serbuan ke Korea Utara yang direncanakan oleh kaum Neo Conservative, misalnya Dick Cheney. Kalau hal ini benar, alasan yang cukup meyakinkan. Tetapi benarkah ada kemengkinan tinggi Amerika menyerang Korea Utara, apalagi Irak saja susah ?
Lihat kasus teror di Spanyol kemarin, membantu Amerika berisiko tinggi sekali. Dasarnya kasus teror 11 September itu masalah Amerika dan kelompok kecil teroris Islam. Bukan urusan Jepang. Tentu saja teroris begitu kejam adalah musuh semua manusia. Jadi semua manusia harus bekerjasama untuk membasumi teror. Tetapi latar belakannya kasus ini memang penjajahan atas Palestina oleh Israel yang didukungnya oleh Amerika. Ketimbang dengan Amerika, Jepang masih tidak begitu dibenci oleh masyarakat Arab. Jika pemerintah Jepang betul-betul ingin membasmi terror, seharusnya pemerintah Jepang membantu untuk mewujudkan perdamaian Palestina. Kalau demi aliansi dengan Amerika membahayakan jiwa warga negara sendiri, pemerintah itu merugikan kepentingan negara sendiri.
Dasarnya sekarang uang negaranya harus dihemat karena sistem pensiun gawat, kenapa buang uangnya sia-sia ? Tentu saja perang itu pemborosan paling besar uang negara. Diberitakan bahwa jika dibunuh satu orang prajurit pasukan Jepang, pemerintah Jepang membayar 200 juta Yen (15 miliar Rupiah) kepada keluarganya sebagai santunan. 200 juta Yen untuk jiwa seorang manusia tidak mahal. Tetapi kalau tidak mengirim pasukan ke Irak, prajurit Jepang seorangpun tidak dibunuh dan pemerintah Jepang tidak usah bayar santunan. Sudah zaman "soft power". Untuk dihargai oleh dunia, lebih efektif pakai uang untuk kebudayaan daripada perang. Kalau ada uang untuk perang, sebaiknya pemerintah Jepang juga mempromosikan film dan anime seperti pemerintah Korea Selatan.
Perang Irak ternyata merugikan kepentingan negara Amerika sendiri. Untuk mencegah teror oleh Al Kaeda, sebetulnya Amerika harus menegakkan regim Sadam. Seperti Suharto, Sadam juga sangat keras menindas fundamentalis Islam. Sama dengan Indonesia, sesudah runtuh regim diktator tidak ada yang mengawasi fundamentalis. Saya tidak tahu sebabnya mengapa Amerika menyerang Irak, terapi jelasnya bahwa serangan itu sama sekali tidak cocok dengan tujuannya untuk mencegah teror ekstrim Islam.


JEPANG AMAN ?

Tetapi pada umumnya orang Jepang tidak peduli negara sendirinya mengikut perang dan menjajah negara orang. Pada tanggal 11 Juli diadakan pemilu Majelis Tinggi. Hasil pemilu ini, partai berkuasa yaitu Partai Liberal-Demokrat (LDP) gagal memperoleh target kursi yang ditetapkan, Sebaliknya partai oposisi terbesar yaitu Partai Demokratik Jepang (DPJ) memperoleh 50 kursi, sehingga menambah jumlah kursinya menjadi 82 dari semula 70 kursi yang dimiliki. Mitra koalisi LDP, yaitu Partai Komei memperoleh 11 kursi, keduanya tetap mempertahankan mayoritas di majelis itu. Partai Komunis mengurangi kursinya 10 lebih, haya 4 kurusi saja memperoleh. Partai Sosial Demokrat memperoleh 2 kurusi saja.

Dalam pemilu ini persoalan utama adalah masalah sistem pensiun, bukan masalah pengiriman pasukan ke Irak. Walaupun 3 bulan lalu 5 warga Jepang diculik dan pada 27 Mei dua wartawan freelance Jepang, HASHIDA Shinsuke(pria, 61 tahun) dan OGAWA ko^taro^ (pria, 33tahun) ditembak tewas, bagi orang Jepang masalah sistem pensiun lebih penting daripada masalah Irak.
Akhir-akhir ini desakan untuk mengamandemen pasal 9 UUD Jepang makin kuat. Tokoh pemerintah Amerika juga mengatakan bahwa bagi Jepang pasal 9 menghalangi keikutsertaannya kerjasama international (yaitu pendudukan Irak), atau kalau tidak diamandemen pasal 9 Jepang tidak bisa menjadi anggota tetap dewan keamanan PBB, dll. UUD Jepang yang sekarang diundangkan di bawah inisiatif tentara pendudukan Amerika sesudah selesainya Perang Dunia Kedua. Saat itu UUD ini boleh disebut ciptaan pendudukan Amerika. Tetapi dalam UUD ini dikandung idealisme tinggi untuk perdamaian dunia. Pasal 9 menyatakan negara Jepang tidak bersenjata dan membuang hak berperang. Memang saat itu ada strategi Amerika untuk mencegah kebangkitan kembali militalisme Jepang dengan pasal ini. Bagaimanapun tujuannya Amerika, kebanyakan rakyat Jepang juga tidak mau kebangkitan kembali militalisme. Kebanyakan rakyat Jepang menerima dan menjaga idealisme tinggi pasal 9, bukan strategi Amerika. Sesudah berdirinya RRC, Amerika berubah strategi terhadap Jepang. Kemedian, Amerika memdorong Jepang mempunyai tentara. Rakyat Jepang melawan itu karena masih tidak lupa penderitaan perang terutama penderitaan bom atom.
Tetapi selama 60 tahun rakyat Jepang lupa penderitaan pedih. Akibat pemilu itu dilihat dari sudut pasal 9 UUD, yang kalah adalah partai yang pro-pasal 9. DPJ terjadi unsur macam-macam, tetapi kebanyakannya menugaskan pasal 9 harus diamandemen. DPJ sekarang menuntut penarikan pasukan Jepang, tetapi kebijakannya jika PBB mengakui pengiriman tentara PBB ke Irak, Jepang juga harus ikut serta. Posisinya mereka tentang pasal 9 adalah perlu mengamendemen agar bisa mengirim pasukan ke luar negri untuk "kokusai ko^ken" (bakti antara negara).
Partai Komei adalah induknya sekte agama baru Soka Gakkai, sekte Buddha paling besar Jepang. Walaupun meraka penganut Buddha, mereka mendukung perang Irak. Hal ini melanggar Panca Sila agama Buddha. Tetapi peminpinnya Partai Komei mendukung perang ini, anggota Soka Gakkai yang umum enggan mendukn perang.

Sebab utama partai yang mejaga pasal 9 UUD begitu mundur adalah perubahan sistem pemilihan umum. Pada 1994, dasarnya sistem pemilihan umum berubah dari sistem distrik luas ke sistem distrik kecil. Sistemnya menjadi campuran distrik dan proporsional, tetapi utamanya sistem distrik. Dulu dalam sitem distrik luas, yang menang tergantung luasnya distrik, ada dua atau tiga atau empat orang. Tetapi dalam sistem distrik kecil, yang menang hanya satu orang saja. Jadi ketimbang dengan sistem distrik luas, di bawah sistem distrik kecil susah menang bagi partai kecil.
Perubahan sistem pemilu tersebut di atas, sejak dulu keinginan LDP. Tetapi sempai tahun 1980-an masih Partai Sosial kuat, keinginan LDP tidak terwujud. Perubahan melai dari 1980-an. Partai Sosial didukung oleh serikat buruh, terutama didukung oleh So^hyo^ (Kongres general serikat buruh Jepang) ikatan serikat buruh yang paling besar di Jepang. So^hyo^ begerak untuk anti perang, menjunjung tinggi pasal 9 UUD. Pada awal 80-an, bagian kanan dalam So^hyo^ itu berusaha untuk berubah sikap So^hyo^ arah ke lebih "moderate". Untuk itu, mereka mendekati Do^mei (Persatuan serikat buruh se-Jepang) sebuah ikatan serikat buruh yang kebanyakannya serikat buruh perusahan besar (seperti Toyota, Nissan), tidak berminat tentang pasal 9 dan tidak mementingkan gerakan anti perang. Mereka memang bekerjasama dengan LDP dan pemerintah, serta bagian kanan Partai Sosial. Swastanisasi Kereta Api Nasional Jepang yang dilakukan oleh pemerintah pada 1987 sangat mengurangkan kekuatan So^hyo^. Karena Sarikat Buruh Kereta Api Nasional adalah kekuatan utama bagi So^hyo^. Pada 1989, ikatan serikat buruh baru Rengo^ (Aliansi serikat buruh Jepang) berdiri, So^hyo^ bubar. kaum kanan dalam kalangan serikat buruh mengalakan kaum kiri. Serikat buruh yang melawan Rengo^, yang pro-Partai Komunis Jepang memdirikan Zenro^ren (Aliansi serikat buruh se-Jepang), selain itu memdirikan Zenro^kyo^ (Musyawarah hubungan serikat buruh nasional).
Dalam keadaan begitu, sebagian LDP menuju mendirikan partai konsevatif baru. Mereka bersama dengan pemimpin Rengo^, berusaha berubah sitem pemilu menjadikan sistem distrik. Karena tujuan mereka adalah perwujudan sistem politik yang terdiri dari dua partai besar seperti Amerika dan Inggris. Kebodohannya, saat itu Partai Sosial (pada tahun 1996 ganti nama sebagai Partai Sosial Demokrat, SDP) juga setuju perubahan. Bagi mereka setuju sistem distrik, berarti bunuh diri. Mengapa Partai Sosial setuju, saya tidak tahu. Yang melawan secara konsisten adalah hanya Partai Komunis saja. Pada 1994, sistem pemilu berubah. Akibat itu, susah menjaga pasal 9.


Rakyat Jepang melebih masalah sistem pensiun daripada masalah Irak, mungkin juga karena keadaan ekonomi Jepang masih tidak baik. Kehidupannya susah, jadi mereka tidak peduli hal yang tidak ada kaitannya dengan kehidupan sendiri. Memang gerakan protes pada perang menjadi marak, tetapi ketimbang dengan tahun 1960-an, tidak begitu besar. Antara lain gerakan mahasiswa lesu. Sekarang mahasiswa pada umumnya menjadi sinis, tidak punya idealisme pemuda.
Walaupun idealieme tidak cocok dengan kenyataan, tidak usah membuang idealisme. Yang harus kita berusaha adalah perwujudan idealisme. Jika kami, rakyat Jepang membuang ide pasal 9, nanti kami dihinakan oleh generasi masa depan bahwa orang Jepang sama sekali tidak belajar dari pengalaman pahit yang dulu.





Tanggal 20 Maret 2004, hari peringatan permulaan perang Irak, diadakan unjuk rasa besar di Taman Hibiya, Tokyo untuk protes terhadap penjajahan Irak oleh Amerika serta pengiriman SDF (Pasukan Pembela) Jepang ke Irak. Saya pun ikut demonstrasi ini.
Hari itu turun hujan salju yang sangat dingin, tetapi puluhan ribu orang ikut demonstrasi.



Sesudah para sandera dibebaskan, pada 18 April, ada demonstrasi di Shibuya, Tokyo untuk merayakan pembebasan sandera dan menuntun penarikan tentra Jepang dari Irak.




(Selasa, 14 September 2004)


Pernyataan: Bebaskan tiga warga Jepang ! Pemerintah Jepang pulangkan tentaranya dari Irak !

Pada malam 8 April Kamis, diberitakan bahwa tiga warga Jepang disandera di Irak.
Saya sangat mengkhawatirkan nasib mereka. Akhir ini saya ikut demo memprotes pengiriman pasukan Jepang ke Irak dan menulis artikel yang mengeritik kebijakan pemerintah Jepang terhadap Irak untuk website ini, tetapi karena saya pemalas, artikelnya belum selesai. Walaupun itu kali ini terjadinya kasus begitu besar, saya mengumumkan pernyataan mendesak dulu. Nanti di website ini saya akan menjelaskan secara rinci mengapa saya tidak setuju dengan kebijakan Jepang terhadap Irak.

Pada malam 8 April Kamis, berita oleh televisi Arab Al Jazeera mengejutkan dan mencemaskan semua orang Jepang. Di layar televisi ditampilkan tiga warga Jepang yang dikelilingi oleh belasan orang yang berkedok hitam dan memegang senjata api.
Katanya Al Jazeera, seorang membawa video tape ke kantor Al Jazeera di Baghdad. Kelompok penyandera itu menamakan diri sebagai Saraya al Mujahideen (Brigade Mujahidin). Ketiga warga Jepang yang disandera adalah KORIYAMA Soichiro (pria, umurnya 32 tahun), IMAI Noriaki (pria, 18 tahun) dan TAKATO Nahoko (wanita, 34 tahun).

TAKATO adalah seorang aktivis HAM dan ia membantu anak-anak di Irak sejak tahun lalu. IMAI juga aktivis LSM anti penggunaan peluru uranium, dia masuk ke Irak untuk menginspeksi pengaruh radioaktif dari perluru uranium. KORIYAMA merupakan kamerawan freelance, meliput di Palestina dan Irak. Ketiga orang Jepang ini tentu saja melawan penjajahan Amerika atas Irak.

Kelompok penyandera itu menyatakan bahwa dalam batas waktu 3 hari pemerintah Jepang tidak manarik tentaranya dari Irak, mereka membunuh ketiga sandera ini secara kejam. "Kami memberi kau dua pilihan - menarik pasukan kau dari negara kami dan pulang atau kami bakar mereka hidup-hidup dan memberi makan dagingnya kepada pejuang kami" kata pernyataan kelompok itu yang ditulis dalam bahasa Arab. Sampai batas waktunya sudah kurang 1 hari saja.

Sampai saat ini PM Jepang KOIZUMI menegaskan bahwa pemeritah Jepang tidak menarik tentaranya dari Irak. "Kalau kita menarik Jieitai (Paskan Bela Diri), berarti kita dikalahkan oleh teroris." Tetapi mengapa jiwa ketiga orang ini dikorbankan untuk kepentingan Amerika dan pemerintah Jepang ? Apalagi mereka aktivis yang menentang pengiriman pasukan Jepang ke Irak. Kalau disandera, seharusnya ditargetkan tokoh partai yang berkuasa, yaitu partai LDP dan Partai Komei.
Bebaskan tiga warga Jepang ! Penyanderaan orang sipil itu mendukung strategi AS dan pemerintah Jepang. Mereka meneriakkan bahwa tindakan anti AS itu dilakukan oleh teroris belaka.
Pemerintah Jepang pulangkan tentaranya dari Irak ! Jangan korbankan jiwa warganya demi kepentingan AS !

artikel Kompas
http://www.kompas.com/utama/news/0404/09/022442.htm
Tiga Warga Jepang Disandera di Irak, Tokyo Diancam

artikel Cyberita
http://cyberita.asia1.com.sg/luarnegara/story/0,3617,35669,00.html
3 RAKYAT JEPUN, 8 DARI KOREA JADI TEBUSAN PENGGANAS

artikel The Japan Times
http://www.japantimes.co.jp/cgi-bin/getarticle.pl5?nn20040409a1.htm
Japanese trio held hostage in Iraq

(Sabtu, 10 April 2004)


Kadomatsu,hiasan tahun baru Jepang

Selamat tahun baru. Menurut kebiasaan Jepang, mungkin terpengaruh oleh Konfusianisme, seseorang yang anggota keluarganya meninggal dunia pada tahun sebelumnya tidak boleh menyampaikan selamat tahun baru dan tidak boleh mengirimkan kartu tahun baru. Bagi saya pada tahun lalu ayah mertua saya meninggal dunia, jadi tahun ini seharusnya saya tidak boleh menyampaikan selamat tahun baru. Tetapi kepada orang Indonesia ya boleh saja. Selamat tahun baru 2004.

Dari akhir bulan Desember sampai awal bulan Januari, di pintu masuk rumah dan gedung ditaruh ranting pohon pinus. Hal ini biasa disebut Kadomatsu. "Kado" berarti pintu masuk, "matsu" berarti pohon pinus. Batang bambu juga diikat bersama dengan ranting-ranting pinus. Sekarang kadomatsu sudah menjadi hiasan saja, tetapi mula-mulanya kadomatsu adalah tempat untuk dewa tahun baru datang dari dunia dewa. Dewa tahun baru, disebut "toshigami", toshi berarti tahun, gami (kami) berarti dewa atau tuhan. Dewa tahun baru itu seperti Dewi Sri, memberikan banyak hasil panen untuk manusia. Selain itu toshigami dianggap sebagai roh nenek moyang. Orang yang anggota keluarganya meninggal dunia pada tahun yang lalu tidak boleh menghiasi rumahnya dengan kadomatsu juga. Oleh karena itu tahun baru ini rumah saya tidak ada kadomatsu.
Pohon yang dipakai untuk kadomatu tidak saja pohon pinus. Pohon, terutama pohon yang daunnya tidak gugur selama musim dingin dianggap sebagai tempat dimana dewa akan datang. Jadi tergantung daerahnya, bermacam-macam pohon yang dipakai untuk Kadomatsu. Misalnya pohon shii (Castanopsis cuspidata (Thunb.)Schottky), pohon kashi (Quercus glauca Thunb) dan pohon nara (Quercus serrata Thunb), ini semua jenis pohon berangan (suku Fagaseae).
Kebiasaan Jepang beraneka ragam. Beberapa sekte agama Buddha tidak menghiasi rumahnya dengan kadomatsu. Sekte Buddha Jo^do shinshu^, sekte ini didirikan oleh pendeta Shinran (1173-1262), mereka menolak kadomatsu, jimat-jimat dan ramalan sebagai tahyul. Jadi daerah yang mayoritas penduduknya penganut Jodo Shinshu, misalnya propinsi Ishikawa, Toyama atau Hiroshima, rumahnya jarang dihiasi dengan kadomatsu. Selain itu, sekte Nichiren Sho^shu^, didirikan oleh pendeta Nikko (1246-1333), muridnya Nichiren (1222-1282) juga menolak kadomatu sebagai berhala. So^ka Gakkai, sekte agama baru yang paling besar di Jepang, juga ajarannya berdasarkan ajaran Nichiren Shoshu. Sejak tahun 1991 sebagai organisasi Soka Gakkai berpisah dari Nichiren Shoshu tetapi ajarannya tidak berubah.
Tanggal 31 Desember disebut "o^misoka" berarti hari akhir bulan besar. Pada malam pergantian tahun biasanya makan "soba" sejenis mie Jepang dan menunggu datangnya tahun baru. Makan malam seperti ini disebut "toshikoshi soba". Toshi artinya tahun, koshi artinya melewati. Waktu jam 24, terdengar suara gong dari kuil Buddha, Goooooooonnnnng. Ini disebut "joya no kane". Joya adalah malam 31 Desember yaitu malam pergantian tahun, kane adalah lonceng besar atau gong. Pada malam tersebut di kuil Buddha gong dipukul 108 kali untuk menghalau 108 jenis nafsu jahat.


mie soba, bunga soba dan biji soba

Soba, mie Jepang yang dibuat dari tepung biji "soba" Fagopyrum esculentum Moench. Tumbuhan ini, merupakan tanaman yang berasal dari Tiongkok Selatan, Yunnan. Penanaman soba bisa disebut satu unsur "Sho^yo^jurin Bunka" (Konsep Sho^yo^jurin Bunka diajukan sebagai dasar budaya Jepang oleh Prof. NAKAO Sasuke. Lain kali saya akan menulis konsep itu.) Di Jepang pada abad 5 soba sudah ditanam. Dimakan sebagai bentuk mie mulai dari akhir abad 16. Kebiasaan makan toshikoshi soba muncul lebih kelak. Cara memakan mie soba ini, dicelup ke dalam kuah dan disedot oleh mulut. Saat menyedot mie soba ke dalam mulut menimbulkan suara, hal ini tidaklah dianggap kasar.

(Selasa, 06-01-2004)