Esai Sehari-hari 2005
penulis
: ISHIZAWA Takeshi
Rubrik baru "Esai Sehari-hari"
Sudah
dikeluhkan oleh beberapa pembaca bahwa sudah lama tidak dimuat
artikel baru.
Ya, saya mohon maaf sedalam-dalamnya. Bagi saya, yang pemalas dan
belum lancar bahasa Indonesia, makan waktu lama dan merasa repot
untuk menulis artikel yang panjang.
Oleh karena itu saya membuka rubrik baru "Esai
Sehari-hari" untuk memuat esai pendek. Kalau yang pendek,
saya tidak begitu kesulitan untuk menulisnya. Saya akan berusaha
meng-update setidak-tidaknya satu tulisan satu minggu. Selamat
membaca. Tolong kirim kesan anda.
(Jumat, 03-12-1999)
----------------------------------------------------------------------
"Esai
sehari-hari" yang lama pindah ke halaman Esai Sehari-hari 1999-2000 , Esai Sehari-hari 2000-2001
Esai Sehari-hari 2003 Esai Sehari-hari 2004 Silakan membaca.
(Sabtu, 25-02-2006)
Seminar "Realisasi
Peningkatan Kompetensi Kajian Jepang Bidang Bahasa, Sastra dan
Pengajaran"
Pada
26 November 2005 (hari Sabtu) diadakan seminar "Realisasi
Peningkatan Kompetensi Kajian Jepang Bidang Bahasa, Sastra dan
Pengajaran" di Universitas Widya Mandala di Surabaya.
Pembicaranya,
1. Prof. Dr. NUMANO Mitsuyoshi (Universitas Tokyo)
"Seputar Perkembangan Sastra Modern Jepang"
2. FURUKAWA Yoshiko (Tenaga ahli Japan Foundation)
"Strategi Pengajaran Bahasa Jepang Yang Mendorong Siswa
Interaktif dan Komunikatif"
3. OGURI Kiyoshi, MA. (Tenaga ahli Japan Foundation)
"Teknik Pengajaran Bahasa Jepang"
4. Subandi, MA., Ph.D. (Universitas Negeri Surabaya)
"Intervensi Bahasa Jepang dalam Bahasa Indonesia"
Profesor NUMANO meneliti sastra Rusia, terutama tentang sastrawan
yang pencari suaka dari Uni Soviet.
Sastrawan yang mencari suaka menulis karya dalam bahasa yang
bukan bahasa ibunya. Sastrawan Rusia juga banyak berasal dari
suku minoritas. Mereka juga menulis karyanya dalam bahasa yang
bukan bahasa ibunya.
Profesor NUMANO mempermasalahkan satu karya sastra tertulis dalam
bahasa apa, dan satu karya sastra tergolong kepada sastra mana,
misalnya sastra Rusia atau sastra Amerika atau Sastra Inggris,
dll. Kali ini beliau berceramah tentang sastra Jepang. Sangat
menarik. Sastra Jepang adalah sastra yang ditulis oleh orang
Jepang ? Atau ditulis dalam bahasa Jepang ? Bagaimana sastra
Indonesia ? Sastra Indonesia adalah sastra yang ditulis oleh
orang Indonesia ? Atau ditulis dalam bahasa Indonesia ?
waktu: Sabtu, 26 November 2005, mulai jam 9 pagi
tempat: Akademi Sekretari Widya Mandala
Jl. Dinoyo no.48A Surabaya
diselenggarakan oleh Asosiasi Studi Pendidikan Bahasa Jepang
Korwil Jawa Timur
Bekerjasama dengan Japan Foundation
(Minggu, 13 November 2005)
Dasar etos kerja Jepang:
Kalau lapar tidak bisa berjuang
Sedang bulan suci Ramadan, murid saya juga ada yang menunaikan
ibadah puasa. Tetapi sebagai guru bahasa Jepang, sekarang saya
khawatir terhadap murid-murid saya tentang hasil ujian kemampuan
bahasa Jepang (Nihongo Noryoku Shiken) yang akan dilakusanakan
kurang 2 bulan kemudian. Ujian ini dilaksanakan sekaligus di
seruluh dunia, tentu saja di Indonesia juga diadakan di beberapa
kota besar. Ujian ini bagi pelajar bahasa Jepang merupakan acara
yang paling penting. Saat kuliah, saya memberikan nasehat kepada
murid-murid bahwa kalau belajar sebaiknya sesudah buka puasa.
Kegiatan otak membutuhkan banyak energi. Dalam badan manusia,
otak itu organ yang membutuhkan paling banyak glukose dan
oksigen. Berat otak hanya 2.5% dari berat badan, tetapi darah
yang mengalir dalam otak adalah 20% dari semua darah. Kalau
lapar, otak tidak bisa berjalan lancar dan efisien, tidak bisa
berkonsentrasi untuk belajar.
Ada satu peribahasa Jepang, ini dikenal oleh siapapun asalkan
orang Jepang. Yaitu, "Hara ga hette wa ikusa wa
dekinu.", artinya "Kalau lapar tidak bisa
berjuang". Maksudnya, untuk kegiatan sesuatu, harus
menyiapkan lengkap dan melakukannya dengan kondisi sempurna.
Peribahasa ini dasar etos kerja Jepang. Kalau anak SD masuk
sekolah tanpa makan sarapan, dia pasti dimarahi oleh gurunya.
"Mengapa kamu tidak sarapan ? Kalau tidak makan, kamu tidak
bisa berkonsentrasi untuk belajar. Kamu harus makan
sarapan." Kalau seorang karyawan masuk kantor tanpa sarapan,
dia pasti dinilai rendah olah atasannya. "Kok, dia tidak
bisa mengawasi kesehatan diri sendiri." Orang Jepang
diajarkan sejak kecil, harus makan untuk bekerja secara optimal.
Tentu saja karena kesibukan banyak orang tidak ada cukup waktu
untuk sarapan. Untuk mereka, ada banyak makanan ringan yang
bergizi lengkap, atau minuman seperti ekstra jos juga banyak
sekali.
Pokoknya, menurut pendapat saya (saya yakin hampir semua orang
Jepang menetujui pendapat saya) orang yang namanya profesional
harus bekerja sebaik mungkin dan dengan kondisi sempurna. Katanya
ada pemain sepak bola muslim di Liga Eropa yang berpuasa saat
pertandingan. Seandainya saya adalah pemain sepak bola, saya
merasa diremehkannya. Kalau saya mengalahkan pemain yang lapar
dan haus, saya bisa bergembira ? Pertandingan seperti ini tidak
"fair". Kalau mereka tidak mau berhenti berpuasa,
seharusnya mereka ikut pertandingan sesudah buka puasa, atatu
mengambil cuti selama Ramadan. Hal ini, harus bekerja maksimal
dan dengan kondisi prima, sangat penting terutama orang yang
bekerja semacam menyangkut jiwa orang. Saya tidak mau naik
pesawat yang pilotnya mengantuk, tidak mau dioperasi oleh doktor
yang lapar. Kalau mengantuk sebaiknya tidur cukup, kalau lapar
makan cukup, sesudah itu bekerja dengan segela tenaga.
Untuk sementara saat Perang Dunia Kedua, tentara Jepang
menekankan kepentingan semangat secara luar biasa, seperti
"Asalkan ada semangat, walaupun lapar bisa berjuang".
Tetapi hal ini dikatakan hanya sesudah situasi perang tidak
menguntunkan bagi Jepang maka bahan makanan berkurang.
Sebelumnya, tentara Jepang makan cukup sesuai dengan peribahasa
"Kalau lapar tidak bisa berjuang". Kekalahan Perang
Dunia kedua membuktikan kebenaran peribahasa itu. Batapapun ada
semangat, kalau lapar tidak bisa mengalahkan Amerika. Dari
pelajaran pahit itu, orang Jepang lebih lagi mementingkan
efisiensi dan menghindari usaha keras yang sia-sia.
Sedangkan bagaimana TNI ? Saya menduga prajurit Indonesia sudah
terbiasa puasa, tetapi ternyata ada yang tidak. Koran Jawa Pos
yang bertanggal 6 Oktober 2005 memberita seperti ini.
"Upacara HUT TNI 5 Oktober kemarin bertepatan dengan hari
pertama puasa Ramadan. Mungkin lantaran kondisi tubuhnya yang
sedang lemah, beberapa anggota TNI tak kuat berdiri dan
berjatuhan." Menurut artikel ini, Kepala Penerangan Kodam V
Brawijaya mengatakan "Wajar saja jika ada yang pingsan. Itu
bukan masalah besar. Hari pertama puasa mungkin berat."
Kalau di Jepang terjadi hal seperti itu, pasti dimasalahkan
besar. Prajurit yang pingsan akan dimarahi keras oleh atasan.
"Tugas kamu apa ? Dengan kondisi badan demikian, kamu bisa
menjaga negeri ? Kalau kamu berdiri saja tidak bisa, jangan
berpuasa !"
Di Jepang urusan pribadi dan urusan dinas sangat dibedakan secara
keras. Tugas tidak boleh dihalangi oleh alasan urusan pribadi.
Dan agama dianggap urusan pribadi. Oleh karena itu di Jepang
ibadah agama tidak menjadi alasan lolos tugas. Banyak orang
Indonesia lebih mementingkan wajib untuk dunia akhirat daripada
tugas di dunia ini. Kebanyakan orang Jepang tidak peduli dunia
akhirat, harus bertugas secara sebaik mungkin di dunia ini. Minum
minuman keras dan menghilangkan stres, bekerja untuk urusan dunia
ini. Saya tidak tahu yang mana lebih bahagia, orang Indonesia
atau orang Jepang. Masih ada peribahasa Jepang yang terkenal,
"Nito wo ou mono itto wo ezu." Berarti yang mengejar
dua kelinci tidak bisa menankap satu kelinci pun. Maksudnya, dua
tujuan tidak bisa diwujudkan sekaligus. Seharusnya berkonsentrasi
pada satu tujuan saja. Wajib untuk akhirat dan tugas dunia ini
adalah dua kelinci. Bagi orang biasa, susah dapat dua kelinci
sekaligus. Mungkin orang India juga cukup tahu masalah ini.
Katanya, orang India berkonsentrasi urusan dunia ini saat usianya
di puncak produktivitas, kemudian berkonsentrasi kegiatan untuk
dunia akhirat saat usianya sudah tua. Bagaimanapun, yang saya
harap sekarang adalah murid-murid saya berhasil dalam ujian
kemampuan bahasa Jepang. Belajarlah kalian ! Waktunya tinggal
sedikit sampai noryoku shiken !
(Sabtu, 22 Oktober 2005)
Tokyo lebih panas daripada
Surabaya
Pada 30 Juli
saya pulang ke Jepang dari Surabaya. Sampai pertengahan
September, saya berlibur. Yang saya kaget sesudah pulang dari
Surabaya, Tokyo lebih panas daripada Surabaya. Menurut kesan
saya, Surabaya adalah kota yang paling panas di Indonesia. Ketika
saya tinggal di Yogya, saya tidak usah mengunakan AC. Sedangkan
di Surabaya, saya tidak tahan tanpa AC. Tetapi ternyata Tokyo,
tempat lahir saya, lebih panas daripada Surabaya. Kalau
dibandingkan dengan Surabaya, memang di Tokyo sinar matahari
tidak terlalu sengit. Tetapi udaranya BERAT dan lembab. Rasanya
seperti ada di dalam cairan kental hangat. Mungkin karena di
Tokyo terlalu banyak AC. Di daerah kos-kosan di Tokyo rumahnya
sangat padat seperti kampung di kota-kota Indonesia. Tetapi
berbeda dengan Indonesia, di Tokyo semua kamar kos ada AC. AC,
alat untuk orang egois itu mendinginkan hanya dalam kamar dan
mengeluarkan udara panas ke luar rumah. Wajar-wajar saja karena
begitu banyak AC yang mengeluarkan udara panas, sehingga suhu
udara Tokyo menjadi tinggi. Tentu saja hal itu mendorong
pemanasan global. Walaupun begitu panas, 6 bulan kemudian, turun
salju. Susah sekali kehidupan Jepang.
Meski iklimnya susah untuk kehidupan manusia, anehnya usia
harapan hidup orang Jepang paling panjang di dunia. Menurut data
terakhir, usia harapan hidup orang Jepang, laki-laki 78 tahun,
perempuan 84 tahun. (Mungkin untuk laki-laki, negara yang paling
panjang usia harapan hidup adalah Iceland, negara yang paling
utara di Eropa.) Kenapa orang Jepang begitu sehat walaupun
iklimnya keras ? Mungkin kuncinya makanan. Orang Jepang tidak
makan terlalu banyak lemak, makan banyak sayur, ikan, buatan
kedelai dan rumput laut. Tetapi bagi orang Jepang pun, daerah
yang tidak dingin lebih baik untuk kesehatan. Di Jepang propinsi
yang penduduknya paling panjang umur adalah propinsi Okinawa.
Propinsi ini paling selatan di Jepang, dekat dari Taiwan. Ketika
musim dingin suhu udaranya tidak pernah turun kurang dari 10
derajat Celsius, jadi tidak pernah turun salju. Di propinsi
Okinawa konsumsi daging babi dan Kombu (sejenis rumput laut) per
kapita paling banyak di Jepang. Daging babi mengandung banyak
vitamin B1, rumput laut mengandung banyak mineral. Makanan
kedua-duanya ini menopang kesehatan penduduk Okinawa.
Tetapi orang Jepang yang begitu sehat, di Jepang setiap musim
panas ratusan orang meningal dunia akibat dehidrasi. Saat musim
panas ibu dan guru SD Jepang sudah biasa memperingatan kepada
anaknya bahwa sering minum air dan jangan terlalu lama main di
luar. Dehidrasi, dalam bahasa Jepang disebut
"necchuushoo", sangat berbahaya. Gejala dehidrasi yang
pertama adalah rasa pusing dan rasa mau muntah, kemudian kejang
otot kaki atau lengan. Kalau lebih parah, jatuh dan pingsan,
akhirnya mati.
Dalam proses evolusi, manusia dapat cara untuk mendinginkan
badannya dengan keringat. Ketika keringat menguap badannya
didinginkan. Oleh karena itu manusia bisa bekerja lama walaupun
sinar matahari terik keras. Jadi kalau terjadi dehidrasi, manusia
tidak bisa mendinginkan badannya, suhu badannya terus naik sampai
mati. Tubuh manusia masih dapat bertahan tanpa makan selama 10
hari, asalkan minum air. Tetapi tanpa minum selama 4 hari atau 5
hari ada kemungkinan mati. Selain itu, jika terkena dehidrasi
darahnya menjadi kental. Darah yang kental mengakibatkan infark
otak atau otot jantung.
Yang harus diingat, minum air tidak cukup untuk mencegah
dehidrasi. Keringat mengandung garam. Garam juga sangat perlu
bagi manusia. Kalau berkeringat terlalu banyak, kehilangan bukan
saja air tetapi juga garam. Kalau terlalu turun kadar garam dalam
darah, hypothalamus (salah satu organ otak yang mengatur suhu
badan) menghentikan berkeringat untuk mencegah kehilangan garam.
Sudah sampai keadaan begitu, minum air sia-sia saja. Suhu badan
terus naik sampai mati. Jadi untuk menghindari bahaya dehidrasi,
seharusnya minum sports drink yang mengandung garam (seperti
Pokari Sweat) atau minum air sambil makan makanan asin.
Sejak dulu saya merasa heran, saat bulan Ramadhan di Indonesia
tidak diberitakan ada orang yang diserang dehidrasi. Tentu saja
orang yang berpuasa tidak boleh minum air selama kurang lebih 12
jam. Apalagi Indonesia daerah panas. Walaupun sudah terbiasa
puasa, mameng berkeringat dan buang air sebelum buka puasa.
Penelitian mengenai mangapa orang Indonesia tidak/susah terkena
dehidrasi, akan berguna bagi orang Jepang untuk mencegah
dehidrasi. Saya sendiri tidak berani tanpa minum selama 12 jam,
terutama di daerah toropis. Ketika ada di Surabaya, saya minum
setidak-tidaknya satu botol aqua setiap 3 jam.
(Minggu, 7 Agustus 2005)
Pemutaran film Jepang di
Gebyar Budaya Sastra UNTAG Surabaya
KAMIKAZE Taxi (sutradara HARADA Masato)
Dari
16 Mei samapai 20 Mei, diadakan Gebyar Budaya Sastra UNTAG
Surabaya.
Untuk acara ini, pada malam 17 Mei 2005 (Selasa), ada pemutaran
film Jepang di UNTAG Surabaya.
Judul filmnya "KAMIKAZE Taxi", disutradarai oleh HARADA
Masato, dibintangi YAKUSHO Koji dan TAKAHASHI Kazuya.
Tentu saja ada subtitle bahasa Indonesia, dan gratis.
(foto kiri: YAKUSHO
Koji)
Ceritanya
sejenis film action. Tatsuo (dibintangi oleh TAKAHASHI Kazuya),
seorang Yakuza (mafia Jepang) melawan dengan bosnya karena
pacarnya dibunuh oleh bos itu, dan dikejar oleh organisasinya.
Dalam perjalanan pelarian, kebetulan Tatsuo naik sebuah taksi,
sopirnya namanya KANTAKE Kazumasa (dibintangi oleh YAKUSHO Koji).
Sopir taksi ini keturunan Jepang yang imigran ke Peru, tidak
pandai berbahasa Jepang.
Sebelum Jepang menjadi negara maju, ratusan ribu orang Jepang
menjadi imigran ke Hawaii, Amerika, Brasil, Peru. Sejak 1990,
keturunan Jepang itu bisa bekerja di Jepang secara legal. Jadi
sekarang puluhan ribu keturunan Jepang datang ke Jepang dari
Brasil dan Peru sebagai tenaga kerja asing.
Dibantu oleh Kazumasa, Tatsuo berusaha membalas dendam akan bos
mafia dan seorang politikus yang kawannya bos.
Saya sendiri belum pernah menonton karya sutaradara ini. Tetapi
jika mencari koment tentang film ini, katanya karya ini menarik
dan hebat. Musiknya gaya Peru, sangat indah.
Tempat:Universitas 17 Agustus (UNTAG) Surabaya, gedung Graha
Wiyata meeting room (lantai dasar)
Waktu: dari 19:00, 17 Mei 2005 (Selasa).
Selain itu, Gebyar Budaya Sastra ini ada acara lomba kanji
(tgl.17 Mei sore), lomba shuji (kaligrafi Jepang) pada tgl.17 Mei
sore dan lomba pidato bahasa Jepang (tgl.18 Mei pagi) serta
seminar "Sastra dan realitas" pada tgl.16 Mei pagi.
(Sabtu, 14 Mei 2005)
Liburan di Tokyo: Banjir
film Korea
Sejak
September 2004 saya mengajar bahasa Jepang di salah satu
universitas swasta di Surabaya. Karena semester ganjil telah
berakhir, maka pada akhir bulan Januari yang lalu saya pulang ke
Jepang. Bulan Januari dan Feburari di Tokyo dingin sekali. Hanya
dalam waktu kurang dari 4 bulan tinggal di Surabaya, saya sudah
terbiasa dengan iklim Surabaya. Saya tidak tahan dengan hawa
dinginannya Tokyo di musim dingin. Karena airnya terlalu dingin,
tidak bisa dipakai untuk mencuci tangan. Selain itu, hal-hal yang
sebelumnya bagi saya merupakan sesuatu yang biasa, setelah pulang
dari Indonesia, menjadi terasa aneh. Walaupun dingin begitu,
mengapa rok siswi SMP dan SMA begitu pendek ? Mereka tidak merasa
dingin ? Mengapa orang Jepang berjalan cepat begitu ? Nasi Jepang
juga terasa seperti ketan.
Selama liburan ini, hampir setiap hari saya menonton film dan
DVD. Terutama film Korea Selatan. Akhir-akhir ini, sejak diputar
sinetron Korsel "Fuyu no Sonata" (Winter's Sonata) yang
dibintangi oleh BAE Yong Jun, film/sinetron Korsel menjadi sangat
populer di Jepang. Di Surabaya pun, jika kita pergi ke restoran
Jepang akan terdengar lagu tema Winter's Sonata. BAE Yong Jun
sudah merebut popularitas bagi ibu-ibu Jepang, termasuk isteri
saya. Menurut saya Winter's Sonata itu tidak begitu menarik dan
BAE Yong Jun juga aktor yang biasa-biasa saja, saya bertanya
kepada isteri saya mengapa tertarik pada BAE Yong Jun. Katanya,
Yong sama ("sama" berarti Mas, Bapak, Mister. Lebih
hormat daripada "san". Di Jepang BAE Yong-jun dipanggil
begitu.) intelektual dan ramah juga, sikapnya sopan. Menurut
isteri saya, dia adalah idaman laki-laki ras Mongoloid Utara
(orang Asia Timur). Terutama kesopanannya disukai oleh ibu-ibu.
Ketika dia tiba di Jepang ribuan ibu-ibu ikut menjemputnya di
airport.
Berkah popularitas Winter's Sonata, wisata ke Korea menjadi lebih
populer. Orang Jepang yang mulai belajar bahasa Korea pun
bertambah dengan pesat, buku pelajaran acara kursus bahasa Korea
oleh Pendidikan NHK cukup laris. Sebagai penggemar film, saya
turut bergembira karena film/sinetron Korea banyak diimpor. Di
toko sewa video/DVD, banjir film/sinetron Korsel.
Apalagi, ada film Jepang yang diproduksi dengan mengunakan bahasa
Korea saja. Dalam film "Hotel Vinus" yang dibintangi
oleh KUSANAGI Tsuyoshi ini, walaupun semua staffnya orang Jepang
dan modalnya juga dari Jepang, tetapi bahasa yang dipakai hanya
bahasa Korea saja. Tokoh utamanya si KUSANAGI sejak dulu dikenal
kepandaiannya dalam berbahasa Korea. Shootingnya dilakukan di
kota pelabuhan di Rusia, Vradiostok, suasananya baik sekali.
Padahal ceritanya membosankan, tetapi adegannya indah.
(foto kiri adagan "Spring, Summer, Fall, Winter…and
Spring", foto tengah:adegan "Christmas in August",
foto kanan DVD "Something Happened In Bali" versi
Jepang
Antara yang
sudah saya tonton selama ini, terutama yang membuat saya terharu
adalah karya KIM Ki-Duk. Karya sutradara KIM Ki-Duk yang sudah
saya tonton semuanya bagus sekali. "Spring, Summer, Fall,
Winter…and Spring", "Bad Guy", "The
Isle", "Birdcage Inn", Hampir semua karyanya
dipenuhi adegan brutal, tetapi suasananya tenang dan sunyi.
Adegan pandangan danau atau lautnya sangat indah. Pada 2004, di
Festival Film Berlin Ke-54 Karyanya "Samarian Girl"
dapat hadiah Beruang Perak untuk sutradara terbaik. Karya ini
diputar di Tokyo sejak akhir Maret yang lalu, tetapi sayangnya
saya tidak bisa menonton karena tidak diputar di Surabaya.
Yang hebatnya dunia film Korea, sutradara yang baik tidak hanya
KIM Ki-Duk. Sutradara HEO Jin-Ho juga sangat bagus. Film-filmnya
membuat saya terharu. Saya mononton dua karyanya, yaitu
"Christmas in August" dan "Spring Days have
gone". HEO Jin-Ho menyukai karya OZU Yasujiro, memang
suasananya mirip dengan karya OZU. Film horror oleh JANG
Yun-Hyeon, "Tell me something" juga menarik sekali.
"Take Care of My Cat", karya sutradara wanita JEONG
Jae-Eung sangat dipuji oleh Prof. HASUMI Shigehiko, seorang
kritikus film yang terkenal di dunia. Dalam sinetron Korsel ada
karya yang mengambil tempat di Bali, judulnya "Something
Happened In Bali" (di Jepang disiarkan dengan judulnya
"Bali deno dekigoto" yaitu "Kejadian di
Bali"). Yang menarik dalam sinetron ini sering dikutip teori
hegemoni oleh Gramsci. (Anehnya di Indonesia ada yang menganggap
bahwa Antonio Gramsci itu kritikus sastra, tentu saja salah.
Gramsci merupakan tokoh revolusi Italia, pendiri Partai Komunis
Italia. Teorinya tentang hegemoni ditulis dalam buku catatannya
selama dia ditangkap di penjara oleh rezim fasist.) Sinetron yang
mengutip kata-kata Gramsci belum ada dalam sinetron Jepang.
Mungkin sinetron Korsel lebih intelektual daripada Jepang.
Kehebatan film/sinetron Korsel ini tentu saja ada kaitannya
dengan kebijakan pemerintah Korsel yaitu pembinaan industri film
dan anime. Terutama sesudah dampak krismon pada 1997, pemerintah
Korsel membina industri kebudayaan terutama game, anime dan film.
Tentang kebijakan pembinaan industri kebudayaan, pemerintah
Korsel lebih maju daripada pemerintah Jepang. Seperti
perlengkapan jaringan broad band, di bidang industri kebudayaan
juga Jepang mungkin tertinggal dari Korsel. Sekarang anime dan
manga Jepang paling unggul di dunia, tetapi 10 tahun kemudian ada
kemungkinan posisinya diganti oleh Korsel.
Tetapi film Jepang
masih tidak kalah. Kemarin, saya ketemu dan membeli DVD bajakan
karya sutradara KOREEDA Hirokazu "Nobody knows" (Judul
asli "dare mo shiranai" berarti "tidak ada yang
tahu") di toko bajakan DVD di High-Tech Mall di THR
Surabaya. Harganya cuma sepuluh ribu Rupiah. Saya harus
mengucapkan mohon maaf kepada sutradara KOREEDA, karena saya
membeli bajakan. Tetapi walaupun bajakan, saya merasa gembira
karya bagus ini diterjemahkan dan disertai text bahasa Indonesia.
Demi masa depan film Jepang meskipun bajakan, kalau ditonton
banyak orang Indonesia lebih jauh baik daripada tidak ditonton.
(Tetapi bajakan ini text yang bahasa Indonesia tidak cocok dengan
adegannya, dan tidak meliputi semua cerita, padahal text bahasa
Inggris lengkap.) Karya ini, seperti karya Garin Nugroho
"Daun di atas bantal", ceritanya tentang anak-anak
kecil yang terbuang oleh ibu dan masyarakat. YAGIRA Yuya, yang
membintangi film ini sebagai putra sulung 4 saudara, usianya
masih 13 tahun. Dia dapat hadiah aktor terbaik di Film Festival
Cannes 2004.
Bagi saya (mungkin bagi kebanyakan orang Jepang) Korea Selatan
itu negara teka-teki. Mirip tetapi berbeda. Bahasa Korea itu tata
bahasanya hampir sama dengan bahasa Jepang, tetapi kosa katanya
jauh sekali berbeda. Meski Korea negara tetangga, tetapi
makanannya tidak sama. Bidang industrinya sekarang sudah hampir
sama dengan Jepang. Sepuluh tahun yang lalu, saat saya ada di
Yogya, mobil Korsel jarang sekali di Indonesia. Tetapi sekarang
mobil buatan Korea, Hyundai dan Kia tidak kalah dengan mobil
Jepang. Bahkan di bidang internet lebih lincah daripada Jepang.
Uniknya bidang agama, padahal ajaran Konfucu lebih kuat
mempengaruhi masyarakatnya daripada Jepang, Korea Selatan itu
satu-satunya negara Asia yang berhasil Kristenisasi kecuali
Filipina dan Timor Leste. Sekarang hampir 30% orang Korsel masuk
Kristen. (Di Jepang 1% saja.)
Dari awal bulan Maret,
film Indonesia "Ada apa dengan Cinta" diputar di Tokyo.
Sayangnya, judulnya diganti dengan bahasa Inggris yang
membosankan, seperti "Beautiful Days". Kok, mengapa
diganti judulnya bahasa Inggris dan tidak menarik begitu? Bukan
di Jepang saja, tetapi di Indonesia juga, karya komik unggul
"Wata no kuni hoshi" (Bintang negara kapas) oleh
O^SHIMA Yumiko diterjemahkan judulnya "Cotton Land".
Versi bahasa Indonesia ini saya gunakan untuk kuliah penerjemahan
sebagai bahan kuliah, tetapi setiap melihat judulnya, saya meresa
kecewa. Bagaimanapun, bagi saya film ini lumayan menarik. Yang
saya heran, murid SMA begitu mempunyai minat akan puisi ? Di
kamar si Cinta, ditempel poster anime Jepang "Card Capter
Sakura" di samping poster anime Amerika "Power Puff
Girls". Di Jepang, siswi SMA yang menonton "Card Capter
Sakura" mungkin jarang. Karena anime ini untuk anak SD.
Tetapi jika dibandingkan dengan film-film lain yang saya tonton
selama liburan ini, "Ada apa dengan Cinta" ini mutunya
biasa-biasa saja. Tidak begitu jelek, tetapi sama sekali tidak
bisa dinilai unggul. Semua adegannya seperti routin work.
Editingnya biasa-biasa saja. Sama sekali tidak ada adegan yang
unik. Karya JEONG Jae-Eung "Take Care of My Cat" juga
kisah lima orang gadis muda, tetapi jelas sekali yang mana
unggul. Selain Garin Nugroho, di dunia film Indonesia belum ada
sutradara yang layak untuk memperkenalkan kepada luar negri ?
(Sejak saya datang di Indonesia, saya terus mencari DVD atau
video CD karya Garin Nuguroho. Tetapi yang sudah saya ketemu cuma
"Daun di atas bantal" saja. Karya sutradara yang begitu
baik belum dijadikan DVD ?)
Sejak dulu saya heran, di dunia wayang selalu dicoba inovasi
baru, misalnya kolaborasi dengan video, dimainkan dengan dua
layar, sedangkan di dunia film Indonesia mengapa tidak ada
inovasi ? Sepuluh tahun lalu, saat saya ada di Yogya saya
bertanya kepada Garin Nugroho di salah satu seminar, "Untuk
membuat film, bagaimana pengaruh wayang bagi Anda?"
Sayangnya jawabannya terlalu cepat, saya tidak bisa mengerti.
Tetapi menurut saya, Garin sangat sadar akan efek bayang,
jelasnya dari karyanya "Surat untuk bidadari" dan
"Bulan tertesuk ilalang". Film merupakan kesenian
bayang dan sinar. Itu sejarahnya baru lebih 100 tahun. Sedangkan
wayang juga kesenian bayang dan sinar yang mempunyai sejarah
ratusan tahun dan sekarang juga selalu diinovasi. Sebaiknya
sutradara Indonesia belajar lagi dari wayang. Kalau seorang
dalang menjadi sutradara, mungkin terjadi pembaruan di dunia film
Indonesia.
(Minggu, 24 April 2005)
Pementasan Kyogen (drama komedi tradisional Jepang) di Balai Pemuda Surabaya
latihan Kyogen (lakon "kusabira") di Joglo UNTAG
Kyo^gen adalah salah satu drama tradisional Jepang, yang mempunyai sejarah 500 tahun lebih. Biasanya dimainkan saat pementasan Noh^. Noh itu drama serius, tetapi Kyogen adalah drama komedi.
Teater
Kyogen jurusan bahasa Jepang UNTAG Surabaya didirikan 2 tahun
yang lalu, sudah beberapa kali mengadakan pementasan.
Kali ini, pada tgl. 16 April (hari Sabtu) mengadakan pementasan
di Balai Pemuda Surabaya untuk acara Pesta Kebudayaan Jepang yang
diselenggarakan oleh himpunan mahasiswa studi Jepang UNESA.
Lakonnya
"Busu" dan "Kusabira". Keduanya merupakan
lakon yang terkenal.
"Busu" itu menceritakan tentang seorang majikan yang
menyuruh menjaga rumah kepada 2 jongosnya, yaitu Taro kaja dan
Jiro kaja. Majikan itu khawatir gula dimakan oleh jongosnya (saat
itu gula adalah barang yang langka dan mahal), maka dia
mengatakan bahwa dalam kotak disimpan benda berbisa namanya
"busu". Sesudah majikan keluar, 2 jongos itu menemukan
yang ada dalam kotak adalah ternyata gula. Mereka memakan habis
gula itu. Jongos berdalih......
"Kusabira" itu menceritakan tentang jamur-jamur raksasa
yang tumbuh di rumah seseorang. Orang itu kemudian meminta kepada
pendata untuk menumpaskan jamur dengan mantra. Pendeta itu
mengucapkan mantra, tetapi jamurnya menjadi makin
banyak...........
Dialognya bahasa Jepang, tetapi hal itu tidak menjadi halangan untuk menikmati humornya. Pementasannya mulai dari jam 2:30. Silakan menonton.
(foto
kiri: tokoh lakon "kusabira" foto kanan: pementasan
"kusabira" untuk Lomba bahasa Jepang SMA pada 13 Maret
2005)
(Minggu, 10 April 2005)